Minggu, 15 Juli 2012

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian
a. Isolasi Senyawa Bioaktif Herba Ciplukan Fraksi Etil Asetat
 1) Penyiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah herba ciplukan (Physallis angulata L.) yang masih segar, tidak rusak. Akar kemudian dibersihkan dengan air mengalir dan bersih, selanjutnya herba ciplukan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada udara terbuka di dalam ruangan, dengan tujuan agar tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Sampel yang telah kering disortasi agar diperoleh sampel bersih tanpa adanya pengotor, kemudian sampel dipotong-potong kecil hingga diperoleh rajangan simplisia herba ciplukan.

2) Ekstraksi Sampel
Simplisia herba ciplukan yang dihaluskan dimasukkan ke dalam wadah kaca dan ditambahkan pelarut metanol hingga terendam seluruhnya. Kemudian diaduk simplisia dengan batang pengaduk dan dilakukan perendaman selama 3x24 jam. Filtrat yang diperoleh disaring dengan kertas saring dan dipekatkan dengan rotary evaporator.

3) Fraksinasi
Akan dibuat fraksi etil asetat dalam  proses fraksinasi ini. Ekstrak metanol  herba ciplukan (Physallis angulata L.) ditimbang sebanyak 5 gram, ditambahkan pelarut n-heksana sebanyak 50 mL kemudian ditambahkan pelarut etil asetat sebanyak 50 mL dan dilakukan penggojokan di dalam corong pisah. Setelah beberapa menit akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan etil asetat ditampung dan diperoleh fraksi etil asetat. Fraksi n-heksana yang terdapat dalam corong pisah ditambahkan kembali pelarut etil asetat dan dilakukan penggojokan kembali hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan etil asetat dikeluarkan dan ditampung kembali. Diulangi prosedur tersebut hingga 5 kali pengulangan. Lapisan atas hasil fraksinasi dikeringkan atau diuapkan sehingga diperoleh ekstrak yang sudah dipekatkan.

4)  Isolasi Senyawa
a)      Penentuan Eluen dengan Kromatografi Lapis Tipis
Pelarut yang digunakan adalah metanol dan kloroform yang dicampurkan dalam perbandingan tertentu. Sampel ditotolkan pada plat KLT yang telah disiapkan. Penotol yang digunakan adalah pipa kapiler. Totolan yang telah dilakukan pada plat KLT dielusi dengan pelarut (eluen) dengan perbandingan tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian plat KLT dikeringkan dengan pengering rambut, lalu disemprotkan larutan penampakan spot, yaitu H2SO4. Setelah penyemprotan, totolan tersebut dikeringkan dengan pengering rambut. Jika tampak noda (spot) yang terpisah maka ditentukan perbandingan eluen.

b) Pengisian Kolom
(1) Pembuatan Bubur Silika
Diambil silika gel 100 gram, dimasukkan dalam gelas kimia. Ditambahkan eluen (yang sudah didapat perbandingannya) secukupnya.
(2) Penyiapan Kolom
Disiapkan statif dan klem untuk menopang kolom kromatografi, dipasang tabung kolom hingga didapat posisi tegak lurus. Dimasukkan kapas di dasar kolom lalu siap untuk dimasukkan eluen.
(3) Pengisian Kromatografi Kolom dengan Bubur Silika
Kolom yang sudah bersih diisi dengan eluen yang terpilih dari penentuan eluen pada kromatografi lapis tipis (metanol : kloroform). Keran kolom dibuka agar eluen keluar dengan lancar. Kemudian dimasukkan bubur silika sedikit demi sedikit sampai padat terisi di dalam kolom lalu dibiarkan kolom  terendam dengan eluen selama satu malam.

c) Proses Isolasi Senyawa dengan Kromatografi Kolom
Sampel sebanyak 1 gram dicampurkan dengan silika gel. Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang selanjutnya dilakukan pengelusian. Adapun pola elusi yang digunakan adalah dengan peningkatan kepolaran.
d) Penentuan Jumlah Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Hasil dari kromatografi kolom yang telah didapatkan ditampung dalam botol vial masing-masing 5 ml, selanjutnya diamati dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen yang sesuai. Fraksi yang memberikan noda dengan harga Rf yang sama dapat digabungkan.

e) Pemurnian Senyawa Hasil Isolasi
Untuk pemurnian lanjutan dilakukan dengan kromatografi kolom yang menggunakan silika gel sebagai fase diam. Kolom yang sudah  bersih diisi dengan eluen yang terpilih dari penentuan eluen pada kromatografi lapis tipis (metanol : kloroform). Keran kolom yang digunakan dibuka agar eluen keluar dengan lancar. Kemudian dimasukkan bubur silika sedikit demi sedikit sampai padat terisi di dalam kolom lalu dibiarkan kolom terendam dengan eluen selama satu malam.
Sampel yang akan dikolom sebanyak 1 gram digerus dengan silika gel ditambahkan dengan metanol secukupnya lalu campuran tersebut diaduk, lalu didiamkan hingga metanol menguap. Bubuk sampel tersebut dimasukkan kedalam kolom yang selanjutnya dilakukan pengelusian dengan menggunakan eluen yang telah ditentukan.
Hasil dari kromatografi kolom yang telah didapatkan ditampung dalam botol vial masing-masing 5 mL, selanjutnya diamati dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen yang sesuai. Fraksi yang memberikan noda dengan harga Rf yang sama dapat digabungkan.
Uji golongan metabolit sekunder dimulai dari fraksi hasil isolasi. Metabolit sekunder yang diperoleh dideteksi dari hasil uji pada fraksi.
 
5) Identifikasi Metabolit Sekunder Isolat
a)      Alkaloid
Disiapkan 2 tabung reaksi, dimasukkan ekstrak kemudian masing-masing ditambahkan 1,5 mL asam klorida 2%. Tabung reaksi I ditambahkan 3 tetes pereaksi dragendroff, hasil positif ditandai ada tidaknya endapan jingga coklat. Tabung reaksi II ditambahkan 3 tetes pereaksi meyer dan hasil positif ditandai ada tidaknya endapan putih kekuningan.
b)     Flavonoid
Ekstrak kering dilarutkan dalam 1-2 mL metanol, ditambahkan pita magnesium dan 5 tetes asam klorida kemudian diamati perubahan yang terjadi. Hasil positif bila berwarna merah atau jingga.

c)      Steroid dan Triterpenoid
Ekstrak ditambahkan 0,5 mL asam asetat, 0,5 mL kloroform, dan 1 mL asam sulfat pekat kemudian diamati perubahan yang terjadi, hasil positif akan terbentuk cincin merah coklat/ungu di bagian atas hijau/ungu.